Cari Blog Ini

Minggu, 26 Oktober 2014

Masalah Kesulitan Belajar







Masalah kesulitan belajar pada siswa kelas 2 SDN Kepohkidul I

Masalah:
Ada siswa kelas 2 di SDN Kepohkidul I yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika / berhitung. Berdasarkan penuturan orang tua dari siswa tersebut anaknya mendapatkan nilai rendah pada hasil belajar matematika yaitu nilai berkisaran 70 an pada laporan hasil belajarnya. Kendati demikian, dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut tidaklah menunjukkan kesulitan dalam pelajaran matematika. Dari penuturan orang tua siswa diketahui bahwa siswa ini tidak mengalami ketertinggalan dari teman sebayanya untuk pelajaran berhitung / matematika. Selain itu, ketika pulang sekolah biasanya guru mengadakan kuis tebakan hasil perkalian atau penjumlahan dan siswa ini selalu pulang lebih awal dari teman lainnya dikarenakan dapat menjawab kuis dengan cepat dan tepat. Namun, kenyataan bahwa pada laporan hasil belajar siswa ini menunjukkan nilai yang kurang bagus pada pelajaran matematika telah menjadi pertanyaan tersendiri bagi orang tuanya dan saya sebagai pengamat. Lalu, apakah faktor penyebab kesulitan siswa pelajaran matematika sehingga mendapatkan nilai kurang bagus ? dan bagaimana solusianya ?

Solusi :
Siswa ini sekarang duduk di bangku kelas 2 SDN Kepohkidul I,sebut saja maya. Dari identifikasi laporan hasil belajar siswa diketahui bahwa nilai-nilai yang dicapai maya adalah rata-rata yaitu tujuh atau delapan. Dari sepuluh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maya mendapatkan nilai kurang bagus pada mata pelajaran Matematika yaitu mendapatkan skor 7 pada mata pelajaran tersebut.
Setelah saya melakukan pendekatan pada maya, saya melihat tampak tidak ada kesulitan yang berarti pada diri maya dalam mengerjakan soal matematika. Dilihat dari tipikalnya, maya termasuk anak yang normal dan tidak mengalami keterbelakangan mental, ketika saya mengetesnya pada operasi dasar matematika seperti penjumlahan, pengurangan, dan awal perkalian maya dapat mengerjakannya meskipun agak lama.
Selanjutnya, saya mengecek buku pekerjaan matematika maya. Di buku saya dapati banyak yang nilainya dapat 100. Setelah saya teliti, ada beberapa kumpulan soal yang tidak dapat dikerjakan oleh maya yaitu dia mengalami kesulitan pada soal perkalian bersusun dan mendapatkan skor 60. Selain maya lemah pada perkalian bersusun, dia juga lemah pada operasi pengurangan.
Langkah saya untuk memberikan bimbingan pada maya dilakukan secara bertahap. Pertama, dari yang mudah dulu yaitu pengurangan. Selanjutnya, pada perkalian bersusun.
Penyelesaian masalah 1:
Langkah awal saya mengajarkan pengurangan pada maya dengan teknik jari, ini dapat dilakukan dengan mudah. Namun, setelah pengurangan yang diajukan melebihi jari yang dimilikinya ia sedikit mengalami kesulitan. Setelah, drill soal yang saya lakukan maya dapat mengerjakan pengurangan dengan baik. Hal ini juga terlihat, ketika maya mendapatkan tugas dari gurunya. Dia mendapatkan nilai sempurna pada operasi pengurangan setelah saya bimbing. Saya rasa cukup untuk pembelajaran pengurangan. Dari pengamatan saya selama pembelajaran bersama maya memang dia agak lama dalam menerima pembelajaran. Diharapkan guru yang mengajar untuk lebih bersabar dalam megajarinya operasi pengurangan. Lalu, apabila maya tidak bisa mengerjakan soal tidak bisa dan merasa tertekan dia akan menangis.
Penyelesaian masalah 2:
Selain kelambatan dalam operasi pengurangan, maya juga mendapat kesulitan dalam operasi perkalian. Untuk operasi perkalian biasa, maya sudah cukup terampil bahkan dia hafal perkalian sampai 3. Karena di sekolah diajarkan perkalian, maya juga sering mendapatkan tugas perkalian dari guru. Ketika saya melihat buku pekerjaannya maya mendapat skor 60. Setelah saya mencoba kemampuannya dalam hal ini, ternyata maya bukannya tidak bisa dalam mengerjakan soal perkalian. Melainkan, dia hanya bingung ketika menghadapi soal perkalian bersusun yang pengerjaannya dimulai dari urutan yang belakang. Bukan hanya itu, ketika hasil perkalian bersusun jumlahnya lebih dari sepuluh mengharuskan untuk melakukan penyimpanan. Terkadang jika hasil lebih dari sepuluh seharusnya yang ditulis terlebih dahulu angka yang belakang, sedangkan angka yang depan nanti dijumlahkan dengan hasil depannya. Namun, maya selalu melakukan kebalikannya dengan menulis bagian yang depan terlebih dahulu dan menjumlahkan bagian belakangnya kemudian.
Misal :
Maya (sebelum dia mengerti)
 743                                                                 743                  (soal dari guru maya)
    8         x                   seharusnya                      8       x
1352                                                              5944     
Namun, setelah kurang lebih 2 minggu saya bersama orang tua maya memberikan pemahaman cara pengerjaan perkalian bersusun yang benar akhirnya berhasil. Sekarang maya sudah terampil mengerjakan perkalian bersusun meskipun agak lambat. Karena usianya juga yang terbilang masih muda yaitu 7 tahun sudah duduk di kelas 2 SD. Tentu hal ini, belum sesuai dengan usia perkembangan kognitif maya untuk mendapatkan soal seperti di atas. Jadi, dimaklumi sekiranya ketika maya capek dan bosan maka pembelajaran berhenti. Memang membutuhkan kesabaran dalam menangani kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran tertentu.
Kesimpulan :
Dalam mengajar siswa SD diperlukan kesabaran dan keuletan. Apalagi, di desa-desa terkadang siswanya belum berusia 7 tahun sudah masuk SD. Sehingga cara berpikirnya belum seharusnya. Dalam mengajari siswa SD seharusnya disesuaikan dengan umur dan kemampuan agar siswa tidak mudah bosan serta dapat mengikuti pelajaran dari guru dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar