Masalah
kesulitan belajar pada siswa kelas 2 SDN Kepohkidul I
Masalah:
Ada siswa kelas 2 di
SDN Kepohkidul I yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika /
berhitung. Berdasarkan penuturan orang tua dari siswa tersebut anaknya
mendapatkan nilai rendah pada hasil belajar matematika yaitu nilai berkisaran
70 an pada laporan hasil belajarnya. Kendati demikian, dalam kehidupan
sehari-hari siswa tersebut tidaklah menunjukkan kesulitan dalam pelajaran
matematika. Dari penuturan orang tua siswa diketahui bahwa siswa ini tidak
mengalami ketertinggalan dari teman sebayanya untuk pelajaran berhitung /
matematika. Selain itu, ketika pulang sekolah biasanya guru mengadakan kuis
tebakan hasil perkalian atau penjumlahan dan siswa ini selalu pulang lebih awal
dari teman lainnya dikarenakan dapat menjawab kuis dengan cepat dan tepat.
Namun, kenyataan bahwa pada laporan hasil belajar siswa ini menunjukkan nilai
yang kurang bagus pada pelajaran matematika telah menjadi pertanyaan tersendiri
bagi orang tuanya dan saya sebagai pengamat. Lalu, apakah faktor penyebab
kesulitan siswa pelajaran matematika sehingga mendapatkan nilai kurang bagus ?
dan bagaimana solusianya ?
Solusi :
Siswa ini sekarang
duduk di bangku kelas 2 SDN Kepohkidul I,sebut saja maya. Dari identifikasi
laporan hasil belajar siswa diketahui bahwa nilai-nilai yang dicapai maya
adalah rata-rata yaitu tujuh atau delapan. Dari sepuluh mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah maya mendapatkan nilai kurang bagus pada mata pelajaran
Matematika yaitu mendapatkan skor 7 pada mata pelajaran tersebut.
Setelah saya melakukan
pendekatan pada maya, saya melihat tampak tidak ada kesulitan yang berarti pada
diri maya dalam mengerjakan soal matematika. Dilihat dari tipikalnya, maya
termasuk anak yang normal dan tidak mengalami keterbelakangan mental, ketika
saya mengetesnya pada operasi dasar matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, dan awal perkalian maya dapat mengerjakannya meskipun agak lama.
Selanjutnya, saya
mengecek buku pekerjaan matematika maya. Di buku saya dapati banyak yang
nilainya dapat 100. Setelah saya teliti, ada beberapa kumpulan soal yang tidak
dapat dikerjakan oleh maya yaitu dia mengalami kesulitan pada soal perkalian
bersusun dan mendapatkan skor 60. Selain maya lemah pada perkalian bersusun,
dia juga lemah pada operasi pengurangan.
Langkah saya untuk
memberikan bimbingan pada maya dilakukan secara bertahap. Pertama, dari yang
mudah dulu yaitu pengurangan. Selanjutnya, pada perkalian bersusun.
Penyelesaian masalah 1:
Langkah awal saya
mengajarkan pengurangan pada maya dengan teknik jari, ini dapat dilakukan
dengan mudah. Namun, setelah pengurangan yang diajukan melebihi jari yang
dimilikinya ia sedikit mengalami kesulitan. Setelah, drill soal yang saya
lakukan maya dapat mengerjakan pengurangan dengan baik. Hal ini juga terlihat,
ketika maya mendapatkan tugas dari gurunya. Dia mendapatkan nilai sempurna pada
operasi pengurangan setelah saya bimbing. Saya rasa cukup untuk pembelajaran
pengurangan. Dari pengamatan saya selama pembelajaran bersama maya memang dia
agak lama dalam menerima pembelajaran. Diharapkan guru yang mengajar untuk lebih
bersabar dalam megajarinya operasi pengurangan. Lalu, apabila maya tidak bisa mengerjakan
soal tidak bisa dan merasa tertekan dia akan menangis.
Penyelesaian masalah 2:
Selain kelambatan dalam
operasi pengurangan, maya juga mendapat kesulitan dalam operasi perkalian.
Untuk operasi perkalian biasa, maya sudah cukup terampil bahkan dia hafal
perkalian sampai 3. Karena di sekolah diajarkan perkalian, maya juga sering
mendapatkan tugas perkalian dari guru. Ketika saya melihat buku pekerjaannya
maya mendapat skor 60. Setelah saya mencoba kemampuannya dalam hal ini,
ternyata maya bukannya tidak bisa dalam mengerjakan soal perkalian. Melainkan,
dia hanya bingung ketika menghadapi soal perkalian bersusun yang pengerjaannya
dimulai dari urutan yang belakang. Bukan hanya itu, ketika hasil perkalian
bersusun jumlahnya lebih dari sepuluh mengharuskan untuk melakukan penyimpanan.
Terkadang jika hasil lebih dari sepuluh seharusnya yang ditulis terlebih dahulu
angka yang belakang, sedangkan angka yang depan nanti dijumlahkan dengan hasil
depannya. Namun, maya selalu melakukan kebalikannya dengan menulis bagian yang
depan terlebih dahulu dan menjumlahkan bagian belakangnya kemudian.
Misal :
Maya (sebelum dia
mengerti)
743 743 (soal dari guru maya)



1352
5944
Namun,
setelah kurang lebih 2 minggu saya bersama orang tua maya memberikan pemahaman
cara pengerjaan perkalian bersusun yang benar akhirnya berhasil. Sekarang maya
sudah terampil mengerjakan perkalian bersusun meskipun agak lambat. Karena
usianya juga yang terbilang masih muda yaitu 7 tahun sudah duduk di kelas 2 SD.
Tentu hal ini, belum sesuai dengan usia perkembangan kognitif maya untuk
mendapatkan soal seperti di atas. Jadi, dimaklumi sekiranya ketika maya capek
dan bosan maka pembelajaran berhenti. Memang membutuhkan kesabaran dalam
menangani kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran tertentu.
Kesimpulan :
Dalam
mengajar siswa SD diperlukan kesabaran dan keuletan. Apalagi, di desa-desa
terkadang siswanya belum berusia 7 tahun sudah masuk SD. Sehingga cara
berpikirnya belum seharusnya. Dalam mengajari siswa SD seharusnya disesuaikan
dengan umur dan kemampuan agar siswa tidak mudah bosan serta dapat mengikuti
pelajaran dari guru dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar